Alhamdulillah, Syukron katsiira ya Allah, doaku dikabul.
Dua hari yang lalu, tepat hari Selasa. Adalah penentuan takdir dua tahun ke depan, pembagian kelas. Suatu hal yang menakutkan untukku. Entah aku bisa satu kelas denganmu untuk dua tahun ke depan. Atau aku tidak satu kelas denganmu dua tahun ke depan yang sama saja artinya selama tiga tahun aku sekolah di sini, kita tak pernah satu kelas.
Setiap hari, aku selalu berdoa. Berdoa agar tidak sekelas denganmu. Mengapa? Aku tak mau makin mencintaimu. Aku paham itu akan sangat menyakitkan. Aku selalu dengan bangganya berkata kepada teman dekatku, sahabatku bahwa aku selalu berdoa agar tak sekelas denganmu, yang dilanjut raut wajah bingung mereka.
Mereka selalu bertanya apa alasanku berdoa seperti itu, mudah saja untukku menjawab. Aku tak mau aku semakin larut dalam cintanya. Aku tak mau semakin sulit menjauh darinya. Satu sekolah pun sudah membuat ku sulit menjauh darinya. Apalagi aku harus satu kelas dengannya? Bahkan jika ada tugas dan aku harus satu kelompok dengannya? Apa jadinya aku? Aku yakin aku akan semakin terikat cinta semunya.
Allah tak pernah tidur dan Allah selalu menjawab keresahan hambanya. Doaku di kabul hari kemarin.
Saat aku tau dia dapat kelas apa, sungguh mendebarkan rasanya. Apa yang harus aku lakukan jika sekelas dengannya? Haruskan semua kenangan yang sudah aku timbun kembali tumbuh ke atas bahkan lebih indah?
Tidak, Allah tak sejahat itu membiarkan hambanya semakin terpuruk. Aku yang awalnya biasa-biasa saja mau dapat kelas apapun tak perduli. Tapi saat aku mengetahui dia sudah dapat kelas, aku tak berhenti berdoa.
Aku sedikit bingung harus berdoa apa, apa aku harus berdoa agar sekelas dengannya atau berdoa agar tak sekelas dengannya. Tapi aku teguhkan doaku untuk tak sekelas dengannya.
Semakin mendekati giliranku, semakin bergetar hati ini. Saat inilah jawaban apakah doaku selalu ini dikabul atau tidak. Tapi ternyata? Subhanallah. Terimakasih ya Allah Izza Wa Jalla. Kau kabulkan doaku yang berusaha menjauh darinya.
Entah harus mengucap apa aku ini saat itu, ataukah Subhanallah karna senang tak sekelas atau Astagfirullah karna sedih tak sekelas. Aku coba tepiskan rasa sedih itu dari diriku. Aku mencoba menerimanya karena akulah yang memintanya untuk tak satu kelas dengannya dan tak pernah satu kelas dengannya.
Semoga ini awal dari penjauhan ku darinya. Agar hilang lah rasa cinta ini padanya. Agar lupuslah ingatanku pada diriku. Syukron Katsiira yaAllah.
Komentar
Posting Komentar
Terimakasih yang sudah memberikan komentarnya. Keep Blogging!